Sejarah Klungkung
5 –
Pada masa kerajaan, Klungkung menjadi pusat pemerintahan raja-raja Bali. Raja Klungkung adalah pewaris langsung dan keturunan langsung dari Dinasti Kresna Kepakisan. Oleh karena itu, sejarah Klungkung sangat erat kaitannya dengan raja-raja yang bertahta di Samprangan dan Gelgel. Pada masa pemerintahan Dinasti Kepakisan di Bali terjadi dua kali perpindahan pusat kerajaan (1350-1908):
32 –
Yang pertama dari Samprangan ke Gelgel – Swecapura berlangsung damai (abad ke-14) dengan raja yang berkuasa: Dalem Ketut Nglesir, Dalem Waturenggong, Dalem Bekung, Dalem Segening, dan Dalem Dimade.
33 –
Kedua: pusat kerajaan berpindah dari Gelgel – Swecapura ke pusat Klungkung – Kerajaan Semarapura abad 17 – 20 dengan Raja Dewa Agung Jambe, Dewa Agung Made, Dewa Agung Di Madya, Sri Agung Sakti, Sri Agung Putra Kusamba, dan Kania Dewa tertinggi.
34 –
Kerajaan Klungkung Bali berhasil mencapai masa kejayaan dan kejayaan emas dalam bidang pemerintahan, adat istiadat dan seni budaya pada abad ke 14-17 di bawah pemerintahan Dalem Waturenggong dengan pusat kerajaan di Keraton Gelgel – Swecapura memiliki wilayah hingga Lombok dan Blambangan. Perang Puputan Klungkung saat pusat kerajaan Klungkung sudah berada di keraton Semarapura.
Perang Kusamba
150 –
Padahal, I Dewa Agung Putra menjalankan pemerintahan keraton yang kemudian diberi nama Kusanegara itu. Saat itu praktis Kusamba menjadi pusat pemerintahan kedua Kerajaan Klungkung. Perpindahan pusat pemerintahan mau tak mau turut mendukung kemajuan Kusamba sebagai pelabuhan yang kala itu setara dengan pelabuhan kerajaan lain di Bali seperti Kuta
151 –
Nama Kusamba semakin berkembang seiring dengan semakin memanasnya ketegangan politik antara I Dewa Agung Istri Kanya selaku penguasa Klungkung dengan Belanda pada pertengahan abad ke-19. Hingga akhirnya pecah sebuah peristiwa perang penting dalam sejarah kepahlawanan masyarakat Bali, Perang Kusamba yang menuai kemenangan telak dengan berhasil membunuh jenderal Belanda yang penuh prestasi, Jenderal AV Michiels.
152 –
Klungkung sendiri kehilangan sekitar 800 tentara Klungkung termasuk 1000 orang luka-luka. Namun, Perang Kusamba mau tidak mau menjadi kemenangan gemilang karena berhasil membunuh seorang jenderal Belanda. Jarang sekali Belanda kehilangan panglima perangnya apalagi Michels memenangkan perang di tujuh wilayah.
153 –
Walaupun akhirnya pada tanggal 10 Juni 1849, Kusamba jatuh kembali ke tangan Belanda dalam serangan kedua yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Van Swieten, Perang Kusamba merupakan prestasi yang tidak layak. Tak hanya kematian Jendral Michels, Perang Kusamba juga menunjukkan kematangan strategi dan sikap pejuang Klungkung yang jelas. Di Kusamba, jeritan perjuangan dan pertumpahan darah tidak sia-sia. Belanda sendiri mengakui keunggulan Klungkung ini.
149 –
Kusamba, desa yang relatif besar di sebelah timur Smarapura hingga abad ke-18 lebih dikenal sebagai pelabuhan penting Kerajaan Klungkung. Desa yang penuh ilalang (kusa = Ilalang) itu baru muncul ke pentas sejarah politik Bali ketika Raja I Dewa Agung Putra membangun istana di desa yang terletak di pesisir pantai.
Sistem Sosial
177 –
Raja-raja yang bertahta hingga raja terakhir Dewa Agung Jambe bersama kerabatnya yang memegang kekuasaan di satu sisi dan Bagawanta di sisi lain memiliki posisi sentral dalam pemerintahan di Klungkung, posisi sentral kelompok pemimpin ini diperkuat dengan adanya dari bentuk magis kepercayaan.
178 –
Keyakinan pada kekuatan magis dan kitos pemimpin sangat menonjol di sekitar raja pribadi, Dewa Agung, yang dianggap sebagai inkarnasi Wisnu. Benda pusaka seperti keris, tombak dan meriam I Seliksik berperan penting dalam menamhbah kewibawaan raja yang berkuasa.
176 –
Masyarakat kerajaan di Klungkung menunjukkan ciri masyarakat secara berjenjang sesuai dengan kelas yang ada. Dalam situasi sosial budaya inilah kelompok elite yang memimpin tumbuh dan berkembang serta berpengaruh dalam masyarakat. Pengaruh yang sangat kuat terlihat pada peran yang dimainkan oleh elit politik dan agama selalu dapat dikembalikan kepada golongan brahmana.
174 –
Sebagai kerajaan struktural muncul unsur-unsur yang saling berhubungan di dalamnya. Hubungan antara kepemimpinan raja, Dewa Agung sebagai titisan Wisnu (gusti) dengan rakyat (kaula) atau bagawanta dengan raja dan sisya rakyatnya. Stratifikasi sosial dipengaruhi oleh agama Hindu dengan pembagian yang mirip dengan kasta India.
175 –
Tradisi kerajaan seperti : terumbu karang, mesatia, penobatan raja, hubungan dengan kerajaan lain, kerjasama antar kerajaan Bali dalam menghadapi musuh dari luar, hubungan kerajaan Klungkung dengan pemerintah Hindia Belanda. Tradisi Majapahit seperti pusaka keraton seperti keris dan tombak, asal keturunan raja dari Majapahit.
Raja Klungkung
134 –
Dewa Agung Putra I
(Dewa Agung Putra Kusamba) Raja Klungkung V
Dewa Agung Sakti sebagai raja keempat Klungkung, digantikan oleh putranya, Dewa Agung Putra I (Dewa Agung Putra Kusamba)
203 –
Dewa Tertinggi Raja Klungkung III
Setelah berakhirnya masa pemerintahan Dewa Agung Made, ia digantikan oleh putranya yang bernama Dewa Agung Dimadya sebagai raja III Kerajaan Klungkung. Sama seperti ayahnya, informasi tentang pemerintahan ini juga sangat sedikit.
204 –
Dewa Agung Sakti Raja Klungkung IV
Sumber sejarah yang menyebutkan kekuasaan Dewa Agung Sakti sebagai Raja Klungkung IV juga sulit ditemukan. Yang jelas dia adalah putra dari Dewa Tertinggi Dimadya. Mungkin pada masa pemerintahan raja-raja Klungkung yang kurang informasi, hal itu menunjukkan bahwa perannya tidak terlalu menonjol. Dan mungkin juga karena saat ini keadaan sangat stabil.
202 –
Dewa Agung Made Raja Klungkung II
Dewa Agung Made adalah putra dari Dewa Agung Jambe yang dinobatkan sebagai raja II di Keraton Smarajaya Klungkung, namun informasi tentang pemerintahan Dewa Agung Made hampir tidak pernah tertulis. Yang jelas berdasarkan bukti-bukti penerus kekuasaan, mencerminkan bahwa raja ini dapat memegang tampuk pemerintahan dengan baik.
205 –
Dewa Agung Putra I
(Dewa Agung Putra Kusamba) Raja Klungkung V
Dewa Agung Sakti sebagai raja keempat Klungkung, digantikan oleh putranya, Dewa Agung Putra I (Dewa Agung Putra Kusamba)
206 –
Dewa Agung Putra II
Dewa Agung Putra Balemas sebagai raja keenam Klungkung adalah anak dari Dewa Agung Kusamba. Raja ini mengawali benih konflik dengan pemerintah Belanda, dengan ditandatanganinya kontrak pada tahun 1841 Masehi
207 –
Dewa Agung istri Kanya Raja Klungkung VII
Dewa Agung istri Kanya adalah adik dari Dewa Agung Putra Balemas, yang akhirnya melancarkan peristiwa perang Kusamba melawan intervensi Belanda (Mei hingga Juli 1849). Yang menonjol dari peristiwa ini adalah keberanian Dewa Tertinggi Istri Kanya sebagai raja wanita yang disegani, dan berujung pada meninggalnya Jendral Michiels sebagai salah satu pejabat Kompeni Belanda.
208 –
Agung Ktut Agung Raja Klungkung VIII
Raja Klungkung ke-8 ini adalah putra bungsu Dewa Agung Sakti. Sebelum menjadi raja, ia berjasa membantu Dewa Tertinggi istri Kanya saat perang Kusamba sebagai Mangkubumi. Dengan keberaniannya pernah memimpin tentara Klungkung membantu Buleleng dalam perang Jagaraga di Bukit Den.
209 –
Dewa Agung Putra III (Betara Dalem Ring Rum) Raja Klungkung IX
Sejarah Raja Klungkung ke-9 tidak banyak ditulis dalam berbagai sumber sejarah. Namun yang jelas dialah satu-satunya raja Klungkung yang kembali ke Dalem.
210 –
Dewa Agung Jambe raja Klungkung X
Dewa Agung Jambe adalah raja terakhir Klungkung (putra Dalem Ring (Rum) yang meninggal beserta seluruh keluarga keraton, para bangsawan, dan tentara Klungkung pada masa perang Puputan melawan penjajahan Belanda pada tanggal 28 April 1908
Pariwisata
12 –
Puri Agung Klungkung merupakan sebuah puri yang memiliki tata ruang dan arsitektur yang indah dan menarik. Karena itu, kini Puri Agung Klungkung menjadi salah satu benda Cagar Budaya yang terdapat di Bali. Selain aspek arsitektural bangunannya, Puri Agung Klungkung dijadikan sebagai objek Cagar Budaya karena di dalamnya terdapat kandungan pesan dan makna tersendiri.
97 –
Makna khusus yang terkandung dalam Puri Agung Klungkung adalah, Puri sebagai bangunan dan tempat suci, Puri sebagai tempat raja (dan raja dipercaya sebagai titisan dewa), serta Puri sebagai pusat kerajaan dan pemerintahan. .
Acara
214 –
Tari Barong merupakan tarian tradisional yang cukup terkenal di Bali. selain memiliki nilai seni, Tari Barong juga memiliki makna spiritual di dalamnya.
215 –
Tari Barong ini selain sifatnya sakral juga bisa menjadi hiburan bagi masyarakat. Untuk Tari Barong yang dipentaskan sebagai bagian dari upacara di Pura biasanya dilakukan secara serius. Karena berkaitan dengan makna spiritual yang ada sehingga dilakukan secara sakral.
Tenun
220 –
Selain berfungsi sebagai kain upacara, kini kain endek mulai populer sebagai bahan baju nasional. Kain songket juga sangat populer di kalangan masyarakat Bali. Songket adalah istilah teknis untuk menambahkan pola pada suatu bahan dengan mengisi benang tambahan.
219 –
Ada dua jenis kain tenun ikat tradisional (Endek) yang proses pembuatannya menggunakan alat ATBM (alat tenun bukan mesin) dan kain tenun songket dengan proses tenun tradisional (alat tenun cacag). Kain tenun ikat endek dan kain tenun songket dengan pewarna alami khas Kabupaten Klungkung merupakan bagian dari seni keindahan alat tenun ikat yang sudah terkenal sejak lama.
218 –
Kegiatan menenun ini masih ada dilakoni, dan merupakan mata pencaharian utama masyarakat Kabupaten Klungkung. Jenis tenun yang dikembangkan adalah “tenun ikat warna alam” yang terdapat di desa Tegak, dan “tenun songket” di desa Gelgel.
221 –
Benang dapat dimasukkan ke seluruh bidang atau hanya menutupi bagian tertentu dari kain. Pekerjaan menenun sudah dilakukan secara turun temurun, dari nenek, ibu ke anak dan cucu. Pengrajin ini lebih berperan menjaga dan memelihara nilai-nilai budaya tradisional, lebih konservatif terhadap nilai warisan leluhur.
Galeri
7 –
Klik untuk memperbesar!
117 –
Klik untuk memperbesar!
118 –
Klik untuk memperbesar!
119 –
Klik untuk memperbesar!
120 –
Klik untuk memperbesar!
121 –
Klik untuk memperbesar!
122 –
Klik untuk memperbesar!
123 –
Klik untuk memperbesar!
124 –
Klik untuk memperbesar!